Ini Baru Drama! Kau Menatapku Dari Sisi Kegelapan, Dan Aku Melangkah Ke Sana Tanpamu
Kau Menatapku dari Sisi Kegelapan, dan Aku Melangkah ke Sana Tanpamu
Jendela apartemenku di lantai 28 menghadap ke kota yang gemerlap. Lampu-lampu berkerlap-kerlip seperti bintang jatuh yang gagal meraih langit. Dulu, aku menikmati pemandangan ini bersamamu, Lei. Sekarang, hanya gema tawamu yang menghantui kesunyian.
Senyummu dulu adalah mentari bagiku, menghangatkan jiwaku yang beku. Betapa bodohnya aku. Ternyata, senyum itu hanyalah topeng, menutupi kegelapan yang bersemayam di hatimu. Pelukanmu, dulu kurasa sehangat dekapan ibu, kini kurasakan sebagai belitan ular yang meracuni.
Aku ingat janji-janjimu. Janji tentang masa depan yang kita rajut bersama, tentang rumah yang akan kita bangun, tentang anak-anak yang akan berlarian di taman. Setiap janji itu kini menjelma menjadi belati, menusuk jantungku dengan presisi yang menyakitkan.
Orang-orang melihatku sebagai Wanita Besi, sosok elegan yang memimpin perusahaan dengan tangan dingin. Mereka tidak tahu, di balik gaun mahal dan tatapan tajamku, ada hati yang hancur berkeping-keping. Aku terlatih menyembunyikan luka. Aku terlatih tersenyum meski air mata menggenang.
Aku tahu tentang perselingkuhanmu, Lei. Aku tahu tentang wanita itu, tentang tawanya yang lebih nyaring dari tawaku, tentang sentuhannya yang lebih lembut dari sentuhanku. Aku tahu, dan aku diam. Bukan karena aku lemah, tapi karena aku sedang merancang balas dendam yang sempurna.
Kau pikir, kau bisa merebut segalanya dariku. Perusahaan, reputasi, dan yang paling berharga, hatiku. Kau salah besar. Aku membiarkanmu mengulurkan tangan, menggenggam semua itu erat-erat, lalu aku menariknya dengan KEKUATAN yang tak pernah kau duga.
Kau jatuh. Perusahaanmu hancur. Reputasimu tercemar. Dan yang terpenting, kau menyadari betapa bodohnya kau telah mengkhianati cinta yang tulus. Aku tidak membalas dengan darah, Lei. Aku membalas dengan PENYESALAN ABADI. Kau akan hidup dengan bayang-bayangku, dengan ingatan tentang apa yang telah kau hilangkan, selamanya.
Aku berdiri di balkon, menatap kota yang masih berkerlap-kerlip. Angin malam meniup rambutku. Aku tidak merasakan kemenangan. Hanya kehampaan.
Cinta dan dendam... lahir dari tempat yang sama, bukan?
You Might Also Like: 83 Discover Card Logo Discover Causes