Aku Mencintaimu Bahkan Saat Dunia Bilang Kita Tak Pantas
Li Jiang berdiri di bawah pohon persik yang bermekaran, kelopaknya berjatuhan seperti salju merah muda. Pemandangan itu seharusnya menenangkan, tapi hatinya berdenyut dengan kesedihan yang aneh, seolah-olah dia merindukan sesuatu yang hilang selamanya.
Dia adalah pewaris tunggal Keluarga Li, seorang pengusaha muda yang sukses di Shanghai modern. Namun, bayangan-bayangan aneh sering menghantuinya: istana megah, jubah sutra, dan tatapan tajam seorang pria yang dipanggilnya 'kaisar'. Mimpi? Mungkin. Tapi semakin sering ia bermimpi, semakin kuat perasaan bahwa ia pernah hidup di masa lalu yang gemilang sekaligus tragis.
Suatu sore yang hujan, ia bertemu dengan Mei Lan, seorang kurator museum yang memiliki aura misterius. Tatapan matanya menembus pertahanannya, seperti mengenali jiwa di baliknya. Mei Lan memberinya sebuah lukisan kuno yang baru saja ditemukan: seorang selir menangis di bawah pohon persik yang sama. Selir itu… wajahnya adalah wajah Li Jiang.
"Lukisan ini… sepertinya memanggilku," bisik Li Jiang, suaranya bergetar.
Mei Lan mengangguk. "Kehidupan masa lalu seringkali meninggalkan jejak. Beberapa orang ditakdirkan untuk bertemu lagi, menyelesaikan apa yang belum selesai."
Sejak saat itu, potongan-potongan ingatan mulai kembali. Ia ingat dirinya sebagai Selir Lian, kesayangan Kaisar Xuan. Ia ingat cinta mereka yang membara, sebuah api unggun di tengah dinginnya istana. Ia juga ingat pengkhianatan. Pengkhianatan yang membuatnya meregang nyawa.
Ingatan itu semakin jelas. Bukan hanya Kaisar Xuan yang mencintainya. Jenderal Zhao, tangan kanan kaisar, juga memendam perasaan yang mendalam. Jenderal itu, dibutakan oleh ambisi dan cemburu, menyebarkan fitnah tentang Selir Lian, menghancurkan reputasinya di mata kaisar. Kaisar yang terhasut, dalam kemarahan yang buta, menjatuhkan hukuman mati.
Jenderal Zhao. Sekarang Li Jiang mengerti. Dia mengenali wajah pria itu di berita malam: Pengusaha Zhao, taipan yang memiliki pengaruh besar di Shanghai. Dia… reinkarnasi sang pengkhianat.
Balas dendam bukanlah jalan yang ia inginkan. Namun, keadilan harus ditegakkan. Li Jiang, dengan kecerdasan bisnisnya, diam-diam membangun kekuatannya. Ia mengincar proyek terbesar Pengusaha Zhao: sebuah kompleks mewah yang akan mengubah wajah kota. Li Jiang tahu bahwa proyek itu adalah segalanya bagi Zhao, simbol kekuasaan dan kejayaannya.
Pada hari penentuan, saat semua mata tertuju pada tender, Li Jiang memberikan tawaran yang tidak bisa ditolak. Ia menang. Pengusaha Zhao kehilangan segalanya. Kehancuran.
Di mata Zhao, Li Jiang melihat bayangan Jenderal Zhao yang putus asa, menyadari bahwa perbuatannya di masa lalu akhirnya mengejarnya. Tidak ada kata-kata yang diucapkan, tidak ada ancaman. Hanya pemahaman yang mendalam.
Malam itu, Li Jiang kembali ke pohon persik. Mei Lan menunggunya.
"Sudah selesai?" tanya Mei Lan.
"Belum sepenuhnya," jawab Li Jiang. "Tapi sudah cukup."
Ia menatap kelopak persik yang berjatuhan. Ia tahu, di kehidupan berikutnya, entah di mana dan kapan, takdir akan mempertemukannya kembali dengan jiwa-jiwa itu. Kali ini, ia akan memastikan cerita itu berakhir dengan benar.
Kisah kita baru saja dimulai, dan akan terus berlanjut hingga matahari terbit dari barat!
You Might Also Like: Mimpi Bertemu Ayam Kampung Inilah