Drama Baru! Pedang Itu Menghapus Luka Ratu, Tapi Juga Menghapus Kehidupannya
Hujan kota Seoul menghantam kaca jendela apartemen Hye-rin dengan irama melankolis. Aroma kopi pahit mengepul dari cangkir di mejanya, tapi ia tak menyentuhnya. Matanya terpaku pada layar ponsel, pada pesan terakhir yang tak pernah terkirim pada Zhang Wei, kekasihnya.
Dulu, semuanya dimulai dengan notifikasi. Komentar iseng di unggahan foto kopi di Instagram. Lalu, obrolan panjang hingga larut malam, saling berbagi mimpi dan ketakutan. Zhang Wei, pengusaha muda dengan senyum yang bisa mencairkan es, berhasil menembus tembok pertahanan hati Hye-rin, seorang programmer yang lebih nyaman berbicara pada baris kode daripada manusia.
Cinta mereka tumbuh di antara emoji dan pertemuan singkat di kafe-kafe tersembunyi, di tengah hiruk pikuk kota. Zhang Wei hadir sebagai pedang, melindunginya dari kesepian dan ketidakpercayaan diri. Ia menghapus luka lama, luka yang ditinggalkan masa lalu yang kelam.
Namun, kebahagiaan itu terlalu rapuh.
Dua bulan lalu, Zhang Wei menghilang. Tak ada kabar, tak ada penjelasan. Hanya nada dering mati yang menyakitkan setiap kali Hye-rin mencoba menghubunginya. Polisi menyebutnya 'menghilang tanpa jejak'. Hye-rin menyebutnya 'pengkhianatan'.
Semakin dalam Hye-rin mencari, semakin banyak kejanggalan yang ia temukan. Bisnis Zhang Wei yang ternyata dijalankan dengan cara kotor. Rekan bisnis yang memberikan jawaban menghindar. Dan yang paling menyakitkan, foto-foto Zhang Wei dengan wanita lain, tersimpan rapi di cloud drive miliknya.
Pedang itu memang menghapus luka, tapi juga menorehkan luka baru yang lebih dalam. Ia merasa bodoh, diperdaya, dan sendirian.
Hye-rin beralih ke kode. Ia melampiaskan amarah dan kekecewaannya dengan menulis program. Sebuah program yang bisa menelusuri jejak digital Zhang Wei, mengungkap semua kebohongan dan rahasia yang ia sembunyikan.
Berhari-hari, ia terkunci di apartemen, makan mie instan dingin dan menyeruput kopi pahit. Cahaya monitor menjadi satu-satunya teman. Sampai akhirnya, ia menemukan RAHASIA itu.
Zhang Wei tidak menghilang. Ia mati. Dibunuh oleh orang yang paling ia percayai. Motifnya? Perebutan kekuasaan dan pengkhianatan di antara para konglomerat. Dan foto-foto wanita lain? Itu adalah bukti yang ditinggalkan Zhang Wei, petunjuk yang hanya bisa dipecahkan oleh seseorang yang mengenalnya sedalam Hye-rin mengenalnya.
Hye-rin menggenggam flashdisk yang berisi semua bukti kejahatan itu. Ia bisa menyerahkannya pada polisi, membiarkan hukum bekerja. Tapi rasa sakit dan kemarahan membuatnya menginginkan sesuatu yang lebih. Ia menginginkan BALAS DENDAM.
Ia mengirimkan pesan terakhir pada orang yang membunuh Zhang Wei. Sebuah pesan terenkripsi yang hanya bisa dibuka dengan kode tertentu, kode yang hanya ia dan Zhang Wei yang tahu. Pesan itu berisi lokasi penyimpanan flashdisk tersebut, lengkap dengan instruksi untuk menghapusnya sebelum jatuh ke tangan polisi.
Malam itu, Hye-rin berdiri di balkon apartemennya, menyaksikan siluet kota yang berkilauan. Hujan sudah reda. Udara terasa segar dan dingin. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum. Senyum yang dingin, namun penuh kepuasan.
Ia tahu, orang itu akan mati perlahan, dihantui rasa takut dan paranoia. Ia tidak akan pernah tahu siapa yang mengirim pesan itu, siapa yang telah menjebaknya. Balas dendamnya terasa manis, walaupun hanya sedikit.
Hye-rin menutup laptop, mematikan lampu apartemen, dan berjalan menuju kamar tidur. Ia berbaring di ranjang, memejamkan mata. Ia tidak menangis. Ia hanya merasa…
…kosong.
You Might Also Like: 0895403292432 Distributor Kosmetik