SERU! Pelukan Yang Tak Pernah Kau Lupakan
Pelukan yang Tak Pernah Kau Lupakan
Di antara gemerlap lampu Shanghai yang tak pernah tidur, berdirilah Lin Mei. Gaun sutra merahnya berkibar lembut diterpa angin malam, kontras dengan raut wajahnya yang setenang danau di pagi hari. Lima tahun. Lima tahun sejak senyum manis itu menipunya, lima tahun sejak pelukan hangat itu ternyata mengandung racun.
Dulu, ada Zhang Wei. Lelaki dengan mata setajam elang dan janji semanis madu. Janji yang diukir di pasir pantai, kini hanyut ditelan ombak pengkhianatan. Dulu, Lin Mei hanyalah gadis polos yang terbuai omong kosong cinta abadi. Sekarang? Sekarang, dia adalah phoenix yang bangkit dari abu.
"Kau datang, Lin Mei," suara dingin Zhang Wei memecah keheningan malam. Dia berdiri di balkon mewah apartemennya, wajahnya dipahat sempurna, tapi matanya... ada noda ketakutan di sana.
Lin Mei tersenyum tipis. "Tentu saja. Bagaimana mungkin aku melewatkan perayaan kesuksesanmu? Kesuksesan yang dibangun di atas kehancuranku."
Zhang Wei tertawa hambar. "Kau berlebihan. Itu hanya bisnis."
Bisnis! Kata itu menghantam Lin Mei seperti pukulan telak. "Bisnis yang menghancurkan impian keluargaku? Bisnis yang membuat ayahku jatuh sakit dan meninggal dengan hati hancur?"
Nada bicara Lin Mei tetap tenang, nyaris berbisik. Tidak ada amarah meledak-ledak, hanya aura dingin yang membekukan. Zhang Wei bergidik. Dia tidak pernah melihat Lin Mei seperti ini. Dulu, dia lemah dan penuh cinta. Sekarang, dia bagaikan es yang membungkus bara api.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Zhang Wei, suaranya bergetar.
Lin Mei mengangkat gelas sampanye yang dibawanya. "Hanya... bersulang untuk masa depan. Masa depanmu yang gemilang... dan penyesalan abadi yang akan menghantuimu setiap malam."
Dia meneguk sampanye, matanya menatap lurus ke arah Zhang Wei. Tidak ada ancaman. Hanya kebenaran. Zhang Wei tahu, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, bahwa Lin Mei telah mengambil segalanya darinya. Bukan dengan darah, bukan dengan kekerasan. Tapi dengan menghancurkan kebahagiaannya.
Lin Mei berbalik, melangkah anggun menuju mobilnya. Sebelum masuk, dia berbisik, "Nikmati waktumu, Zhang Wei. Karena setelah malam ini... hidupmu tidak akan pernah sama."
Zhang Wei terdiam di balkon, menatap punggung Lin Mei yang menjauh. Dia tahu, dia telah kehilangan segalanya. Bukan hanya Lin Mei, tapi juga kedamaiannya. Rasa bersalah akan menjadi bayang-bayang abadi yang mengikutinya seumur hidup.
Saat mobil Lin Mei melaju pergi, dia memejamkan mata. Kemenangan ini terasa pahit. Kehilangan itu terlalu dalam.
Cinta dan dendam... lahir dari tempat yang sama.
You Might Also Like: Unlock Fahrenheit Equivalents Of Any